Inovasi

PUSPA HUNTING: Inovasi Puskesmas Panekan Berantas TB dan Stunting


Tingginya kasus TBC dan angka stunting pada balita di Kecamatan Panekan, Magetan mengalami kondisi serius. Balita dengan kondisi stunting terbukti memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah sehingga lebih rentan terinfeksi TBC.

Ironisnya, upaya skrining dini TBC pada kelompok ini kerap terkendala oleh stigma yang melekat di masyarakat. Banyak orang tua merasa malu atau takut membawa anaknya ke fasilitas kesehatan karena khawatir mendapat cap negatif dari lingkungan sekitar.

Melihat tantangan tersebut, Puskesmas Panekan merespons dengan pendekatan inovatif yang diberi nama PUSPA HUNTING (Puskesmas Panekan Hunter TB Stunting). Program ini lahir dari keprihatinan akan keterbatasan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan serta kebutuhan mendesak akan deteksi dini TBC, terutama pada anak-anak balita stunting usia 0-5 tahun yang berada dalam masa emas pertumbuhan.

PUSPA HUNTING menggunakan strategi jemput bola, di mana tim kesehatan Puskesmas secara aktif mendatangi rumah-rumah warga. Pendekatan ini tidak hanya memudahkan deteksi dini kasus TBC, tetapi juga menjawab tantangan geografis dan psikologis yang menghambat kunjungan ke Puskesmas. Orang tua tidak perlu lagi merasa takut akan stigma atau kerepotan karena pemeriksaan dilakukan langsung di lingkungan mereka.

Lebih dari sekadar layanan medis, PUSPA HUNTING juga mengedepankan edukasi dan sosialisasi. Dengan pendekatan yang humanis, program ini mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya deteksi dan penanganan TBC serta stunting secara komprehensif. Upaya ini tidak hanya menyasar pemulihan fisik balita, tetapi juga transformasi pola pikir dan kesadaran kolektif masyarakat terhadap kesehatan anak.

Melalui PUSPA HUNTING, Puskesmas Panekan membuktikan bahwa inovasi layanan berbasis komunitas dapat menjadi kunci dalam memutus rantai penularan penyakit dan membangun generasi yang lebih sehat.

Program ini diharapkan tidak hanya mampu menurunkan prevalensi TBC dan stunting di Panekan, tetapi juga menjadi praktik baik yang dapat direplikasi di daerah lain yang menghadapi tantangan serupa, guna mempercepat pencapaian target pembangunan kesehatan nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *